Gyeongju
Gyeongju merupakan ibu kota kerajaan kuno Silla (57 SM – 935 M), yang menguasai sekitar dua pertiga Semenanjung Korea pada masa kejayaannya antara abad ke-7 dan ke-9, selama hampir seribu tahun. Silla Bersatu adalah negara yang makmur dan kaya, sementara ibu kota metropolitannya Gyeongju, merupakan kota terbesar keempat di seluruh dunia pada saat itu. Sejumlah besar situs arkeologi dan properti budaya yang berasal dari masa tersebut masih dapat ditemukan di kota ini. Gyeongju sering dijuluki sebagai "museum tanpa dinding". Harta-harta bersejarah seperti Seokguram, Kuil Bulguk, Kota Bersejarah Gyeongju, Kampung Rakyat Yangdong, dimasukkan oleh UNESCO ke dalam Situs Warisan Dunia. Banyaknya situs bersejarah di Gyeongju membawa kota ini sebagai salah satu destinasi wisata terpopuler di Korea Selatan.
Kota Gyeongju disatukan dengan sebuah kawasan pedesaan bernama Gyeongju-gun yang berada di dekat kota tersebut pada tahun 1995, dan kota ini sekarang telah menjadi kompleks perkotaan-pedesaan. Kota ini mirip dengan 53 kota berukuran kecil dan menengah lainnya yang memiliki jumlah penduduk di bawah 300.000 jiwa di Korea Selatan. Meskipun tren ekonomi, kependudukan, dan sosial yang telah membentuk kebudayaan Korea Selatan modern juga terlihat pengaruhnya di kota ini, Gyeongju masih mampu mempertahankan jati dirinya tersendiri. Dalam bidang pariwisata, kota ini adalah salah satu tujuan pariwisata yang paling terkenal sedangkan dalam bidang perindustrian, kedekatan dengan pusat perindustrian seperti Ulsan dan Pohang pun turut menguntungkannya. Gyeongju terhubung dengan jaringan kereta api dan jalan bebas hambatan nasional yang memfasilitasi lalu lintas perindustrian dan pariwisata.
Sejarah awal Gyeongju berkaitan erat dengan kerajaan Silla yang merupakan ibu kota dari kerajaan tersebut. Gyeonju pertama kali masuk dalam catatan sejarah non-Korea sebagai Saro-guk, selama periode Samhan. Sejarah Korea, yang kemungkinan didasarkan pada kronik dinasti Silla, mencatat bahwa Saro-guk didirikan pada tahun 57 SM, ketika enam desa kecil di Gyeongju bersatu di bawah Bak Hyeokgeose. Seiring dengan berkembangnya kerajaan, namanya kemudian berganti menjadi Silla. Selama periode Silla, kota ini disebut dengan "Seorabeol" (lit. Ibu kota), "Gyerim" (lit. Hutan ayam jantan), atau "Geumseong" (Kota Emas).
Setelah menyatukan semenanjung Korea hingga ke Sungai Taedong pada tahun 668 SM, Gyeongju menjadi pusat kehidupan politik dan kebudayaan Korea. Kota ini menjadi rumah bagi istana kerajaan silla serta tempat tinggal kaum elit kerajaan. Kemakmurannya menjadi legenda dan tersiar hingga ke Persia berdasarkan kitab sejarah pada abad ke-9 berjudul Kitab Jalan-Jalan dan Kerajaan-Kerajaan. Catatan Samguk Yusa menuliskan bahwa jumlah populasi pada saat mencapai puncak sebanyak 178.936 kepala keluarga dengan jumlah total populasi mencapai hampir satu juta. Banyak tempat-tempat terkenal Gyeongju dibangun pada masa Silla Bersatu dan statusnya sebagai ibu kota berakhir pada akhir abad ke-9 oleh Goryeo (918 - 1392).
Pada tahun 940 M, pendiri Goryeo, Raja Taejo, mengganti nama kota ini menjadi "Gyeongju" yang arti harfiahnya adalah "kota ucapan selamat". Pada tahun 987, Gyeongju menjadi "Donggyeong" ("Ibu kota Timur") karena penetapan sistem Goryeo yang menambah tiga ibu kota di luar Gaegyeong (kini Kaesong). Namun, sebutan ini dihapus pada 1012 pada tahun ketiga pemerintahan Raja Hyeonjong sehubungan dengan masalah politik pada waktu itu, meskipun Gyeongju akhirnya menjadi ibu kota provinsi Yeongnam. Kota ini memiliki yurisdiksi yang tersebar di daerah yang luas termasuk bagian timur tengah Yeongnam, meskipun nantinya daerah ini banyak dikurangi pada abad ke-13.
Kota Gyeongju pernah mengalami beberapa penyerbuan. Pada abad ke-13, pasukan Mongol menghancurkan sebuah pagoda 9 tingkat Hwangnyongsa. Selama invasi Jepang ke Korea, Gyeongju menjadi area perang yang memanas dan pasukan Jepang membakar Bulguksa. Pada awal periode Joseon, kerusakan yang besar terjadi pada patung Budha di Namsan yang dilakukan oleh kaum radikal Neo-Konfusianisme yang merusak bagian lengan dan kepala patung.
Pada abad ke-20, Gyeongju tidak lagi dihitung sebagai salah satu kota besar di Korea. Selama awal periode abad ini, banyak dilakukan penggalian arkaelogis pada kuburan - kuburan yang ada. Sebuah museum, yang menjadi cikal bakal Museum Nasional Gyeongju didirikan untuk menampilkan benda - benda hasil penggalian.
Pada masa Penjajahan Jepang di Korea, Gyeongju berfungsi sebagai jalur kereta api. Jalur Donghae Nambu dan Jalur Jungang dibangun untuk menghadapi Perang Tiongkok-Jepang Kedua dan untuk mengeksploitasi kekayaan alam di timur semenanjung Korea. Seusai liberalisasi pada 1945, kekacauan terjadi di Korea dan Gyeongju terkena dampak dari kekacauan ini. Para pejuang datang dari berbagai daerah dan dibangun sebuah desa tersendiri bagi mereka yang saat ini menjadi Dongcheon-dong. Pada masa konflik yang berkepanjangan ini, Gyeongju dikenal karena aktivitas perang gerilya yang terjadi di daerah perbukitan.
Walaupun Perang Korea pecah pada tahun 1950, sebagian besar Gyeongju terbebas dari daerah pertempuran dan berada dibawah kekuasaan penuh Korea Selatan. Namun, diakhir 1950 ada bagian dari kota ini yang menjadi garis depan daerah perang ketika pasukan Korea Utara menyerang Perimeter Busan yang berada di selatan Pohang.
Peta - Gyeongju
Peta
Negara - Korea Selatan
Bendera Korea Selatan |
Penemuan arkeologis menunjukkan bahwa Semenanjung Korea telah dihuni sejak Zaman Batu Tua. Sejarah Korea dimulai dari pembentukan Dinasti Gojoseon pada 2333 SM, oleh Dangun. Setelah penyatuan Tiga Kerajaan Korea di bawah Silla pada 668 M, Korea menjadi satu di bawah Dinasti Goryeo dan Dinasti Joseon, hingga akhir Kekaisaran Korea Raya pada 1910 karena dianeksasi oleh Jepang. Setelah dilakukan Pembagian Korea oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat pada akhir Perang Dunia Kedua, wilayah Korea akhirnya terbagi menjadi dua.
Mata uang / Bahasa
ISO | Mata uang | Simbol | Angka signifikan |
---|---|---|---|
KRW | Won Korea Selatan (South Korean won) | â‚© | 0 |
ISO | Bahasa |
---|---|
EN | Bahasa Inggris (English language) |
KO | Bahasa Korea (Korean language) |